INSTITUT PERTANIAN BOGOR

| Searching and Serving The Best | Pilih IPB |

SMAN 8 KOTA BOGOR

| We Are Eighters Squad Hooligan | There is No Difference Between Us |

#

#

MANAJEMEN AGRIBISNIS IPB

Bersama Menyejahterakan Pertanian Indonesia yang Lebih Baik

MIPRO AKMAPESA IPB

THE REAL NUMBER ONE !

Senin, 30 Maret 2015

SEINDAH-INDAHNYA POLIGAMI ( Aku dan Tiga “Istriku”)




Writed by              : Dr. Mawardi Muhammad Saleh, Dewan Syari'ah HPAI, Ketua MUI Kep.Riau.
Repost                   : Muhammad Aulia Rachman
Powered by           : IMAN Rohis SMAN 8 Kota Bogor

 Ketika poligami menjadi sesuatu yang menakutkan, kami sudah menjalaninya dengan menyenangkan.
Aku dikaruniai 3 “istri” yang sangat mendukung perjuanganku.Ketiga istriku saling bersinergi menghadirkan surga di dunia ini menuju surga sebenarnya nanti. Aku menikahi “istri” pertamaku pada saat usiaku masih sangat belia. Aku jatuh hati pada pandangan pertama. Tak perlu waktu lama untuk memproses pernikahanku. Istri pertamaku sangat sayang kepadaku, ia selalu menuntun dan membimbingku setiap aku ditimpa masalah dalam hidup. Aku tak akan pernah kehilangan cinta kepadanya. Istri pertamakulah yang menunjukkan aku pada calon “istri” keduaku.
Aku banyak mengetahui dia dari istri pertamaku itu. Begitu banyak hal yang menarik yang ditunjukkan calon istri keduaku itu, maka tak perlu waktu lama, akupun segera menikahinya. Aku begitu bersemangat bergairah hidup bersama keduanya. Tak berhenti sampai disini kebahagiaanku. Kedua istriku itu membujukku untuk segera memperistri seorang akhwat shalihah yang aku sendiri belum pernah mengenal dia sebelumnya, kecuali dari selembar biodata dan sedikit informasi dari sahabat dan keluarganya. Bahkan usiaku belum genap 22 tahun saat itu. Tapi karena aku sudah sangat percaya kepada kedua istriku itu, maka dengan mengucap bismillah aku menikahi istri ke tiga ku. Tapi dibanding yang lainnya, istri ketiga ini paling banyak berkorban.
Demi kedua istriku sebelumnya, dia lebih banyak mengalah untuk memberiku waktu lebih banyak bersama mereka. Dia sudah tahu bahwa aku menikahi istri pertama dan kedua atas dasar cinta, tapi aku menikahi istri ketigaku atas dasar cintaku pada kedua istriku pertamaku itu. Cinta itu baru tumbuh belakangan, setelah kutahu bahwa dia begitu cinta kepadaku. Istriku ketigaku pun sangat hormat, cinta dan sayang kepada dua istri pertamaku.
“Istri” pertamaku bernama Ilmu, dia begitu bercahaya dihatiku.
“Istri” keduaku bernama Dakwah, ia begitu menginspirasi gerak kehidupanku.
“Dan istri ketigaku itulah istriku sebenarnya, yang rela menikah denganku atas bimbingan Ilmu dan Dakwah. Semoga cinta ini kekal hingga ke surga. “Ya Allah, ini adalah pembagianku dalam hal-hal yang aku miliki. Maka janganlah Engkau mencelaku pada sesuatu yang tidak aku miliki.” (HR. Bukhari dalkkkam kitab Fathul Baari Juz 9 hal. 224)

Renungan Hati dan Pikiran



Repost                   : Muhammad Aulia Rachman
Powered by           : IMAN Rohis SMAN 8 Kota Bogor


Pernahkah saat kita duduk santai dan menikmati hari mu, tiba-tiba terpikirkan olehmu ingin berbuat sesuatu kebaikan untuk seseorang?
Itu adalah اللّÙ‡ yang sedang berbicara denganmu dan mengetuk pintu hatimu (QS 4:114, 2:195, 28:77).

Pernahkah saat kita sedang sedih, kecewa tetapi tidak ada orang di sekitarmu yang dapat kau jadikan tempat curahan hati?
Itulah adalah اللّÙ‡ yang sedang rindu padamu dan ingin agar kau berbicara pada-NYA (QS 12:86).

Pernahkah tanpa sengaja kita memikirkan seseorang yang sudah lama tidak bertemu, tiba-tiba orang tersebut muncul, atau kita bertemu dengannya, atau kita menerima telepon darinya?
Itu adalah Kuasa اللّÙ‡ yang sedang menghiburmu
Tidak ada yang namanya kebetulan (QS 3:190-191).

Pernahkah kita mendapatkan sesuatu yang tidak terduga, yang selama ini kita inginkan tapi rasanya sulit untuk didapatkannya?
Itu adalah اللّÙ‡ yang mengetahui dan mendengar suara batinmu serta hasil dari benih kebaikan yang kau taburkan sebelumnya (QS 65:2-3).

Pernahkah kita berada dalam situasi yang buntu, semua terasa begitu sulit, begitu tidak menyenangkan, hambar, kosong bahkan menakutkan?
Itu adalah saat اللّÙ‡  mengizinkan kau untuk diuji, Dan اللّÙ‡  ingin mendengar rintihan serta do'amu agar kau menyadari akan keberadaan-NYA.... Karena Allah tahu kau sudah mulai melupakan-NYA dalam kesenangan (QS 47:31, 32:21).

Jika kita peka, akan sering kita sadari bahwa KASIH dan KUASA اللّÙ‡  selalu ada di saat manusia merasa dirinya tak mampu.
Apakah kau pikir tulisan ini hanya iseng terkirim padamu? Tidak!
Sekali lagi, TIDAK ADA YANG KEBETULAN.

Beberapa menit ini tenangkanlah dirimu, rasakan kehadiran-NYA, dengarkan suara-NYA yang berkata: "Jangan khawatir, AKU di sini bersamamu" (QS 2:214, 2:186).

Renungan Berhijab-Yuuk



Writed                   : Mohammad Bilal Syaikh
Translated by       : Khalila Indriana
Repost                   : Muhammad Aulia Rachman
Powered by           : IMAN Rohis SMAN 8 Kota Bogor


Seorang gadis membeli sebuah iPhone 6.  Smartphone  tersebut telah dilengkapi dengan pelindung layar dan ‘flip cover’ yang tak kalah cantiknya. Dia menunjukkan smartphone barunya tersebut ke ayahnya. Lalu, sebuah percakapan yang cukup menggugah pun dimulai:
Ayah                           : Wah, telepon genggam yang bagus. Berapa harga yang harus engkau
bayar untuk itu?
Anak Perempuan         : Saya membayar $ 700 untuk telepon genggam ini, $ 20 untuk
penutup teleponnya, serta $ 5 untuk pelindung layarnya.
Ayah                           : Oh, mengapa kamu menambahkan pelindung layar dan penutup
teleponnya? Bukankah kamu dapat menghemat $ 25 untuk itu?
Anak Perempuan         : Ayah, saya telah menghabiskan $ 700 untuk mendapatkan  telepon
genggam ini. Jadi apa alasan saya tidak mengeluarkan $ 25 untuk
keamanannya? Dan lihatlah, penutup ini juga membuat telepon
genggamku tampak lebih indah bukan?
Ayah                           : Bukankah itu suatu penghinaan bagi perusahaan Apple, Inc. Bahwa
mereka tidak dapat membuat produk iPhone yang tidak cukup aman?
Anak Perempuan         : Tidak, Ayah! Mereka bahkan menyarankan kepada penggunanya untuk
menggunakan pelindung layar dan penutup telepon ini untuk
keamanannya. Dan saya tidak mau terjadi sesuatu yang dapat
membahayakan iPhone baru saya.
Ayah                           : Apakah itu tidak akan mengurangi keindahan telepon itu?
Anak Perempuan         : Tidak. Itu justru membuat telepon genggam saya terlihat lebih
indah. Lalu, sang Ayah menatap putrinya dan tersenyum dengan rasa
kasih sayang.
Sang Ayah pun berkata, “Putriku, kau tau Ayah sangat menyayangimu. Kau membayar $ 700 untuk membeli iPhone ini, serta $ 25 untuk melindunginya. Aku telah membayarkan seluruh hidupku untukmu, lalu mengapa  engkau tak menutup auratmu dengan hijab untuk keselamatanmu sendiri ? Telepon ini, kelak tidak akan dipertanyakan di akhirat nanti. Namun kelak aku akan ditanyai oleh Allah tentangmu, putriku J

Orangtua Profesional, Pasangan Profesional (By: Isa Alamsyah)

Repost                   : Muhammad Aulia Rachman
Powered                by           : IMAN Rohis SMAN 8 Kota Bogor

Seorang wanita terburu-buru lari menuju kantor. Kemacetan membuat ia harus berlari sekalipun baru saja menempuh perjalanan panjang selama 2 jam. Di jalan ia bertabrakan dengan orang yang tidak dikenalnya.
"Maaf, saya lagi buru-buru," sambil tersenyum lalu ia berlari lagi.
Lalu, di depan gerbang ia bertemu satpam dan dalam keterburuan sempat menyapa
"Selamat pagi, Pak!"
Lalu segera ia masuk kantor dan duduk di kursi customer service tempatnya bertugas. Untung ia datang tidak terlambat.
Setelah sedikit merapihkan make up dan pakaian, ia siap melayani customer. Sayangnya customer pertama, customer yang menyebalkan. Bayangkan saja setelah perjalanan panjang dan sedikit berlari ia harus menghadapi customer yang menyebalkan. Customer tersebut bertanya ngaler ngidul hanya karena ingin berlama-lama duduk di depannya. Wanita ini tahu customer ini termasuk orang yang pantas diusir, tapi ia juga tahu tidak ada alasan legal untuk melakukannya. Jadi, dia hanya tersenyum dan terpaksa menjawab pertanyaan demi pertanyaan, sekalipun hatinya mendongkol, ia tidak pernah lepas dari senyumnya ketika berbicara.
Akhirnya customer menyebalkan tersebut pergi dan dia berhadapan dengan customer kedua. Sekalipun hatinya masih kesal dengan customer pertama, ia memulai percakapan kembali dengan customer kedua dengan ramah dan penuh senyuman.
"Selamat pagi Pak, apa yang bisa saya bantu ?"
Melihat senyumnya, customer kedua sama sekali tidak melihat kegundahan sang wanita. Wanita ini tetap ramah dan tersenyum.
Di saat siang, sang manajer datang dan menegurnya karena kesalahan data. Wanita ini merasa tidak melakukan kesalahan, tapi tetap saja sang manajer menyalahkannya. Akhirnya, wanita ini hanya tersenyum dan minta maaf yang penting masalah cepat selesai, pikirnya. Lalu sang manager datang lagi minta tolong agar wanita ini melakukan suatu tugas baru. Merekapun berdiskusi panjang mengenai tugas tersebut. Wanita itu tetap ramah dalam dikusi dengan manajernya sekalipun dalam hatinya masih dongkol pada manajer. Ituluah sehari-hari yang dilakukannya di tempat kerjanya.
Suatu hari di hari libur.
Wanita itu baru saja jogging sore di hari libur bersama anak bungsunya. Ketika berjalan menuju pulang tiba-tiba anaknya membetulkan tali sepatu dan wanita tersebut tersandung anaknya yang menunduk di depannya dan hampir jatuh. Wanita itu gundah," Gimana sih, kalau mau ganti tali sepatu minggir dong jangan menghalangi orang!" katanya sedikit keras. Hati sang anak ciut. (Ups, padahal kalau di kantor, kalau sedang buru-buru dan tabrakan dengan orang langsung memilih kata " maaf" bukan berkata "gimana sih")
Setelah suasana agak mereda, si bungsu anaknya bilang ke mamanya:
"Mam, ayo kita buruan kan Mama janji nonton film "Rumah Tanpa Jendela" bersama teman teman, nanti kita terlambat"
"Aduh, sabar dong, Mama kan cape, apa kita nonton yang besok aja ya?!" (Ups, kalau ke kantor selalu tepat waktu, tepat janji, sekalipun capek, tetap tepat waktu, kalau buat anak-anak kenapa dengan mudah capek boleh jadi alasan dan mudah mengubah jadwal?)
Ketika tiba di rumah ia melihat suaminya di teras sedang bekerja dengan notebooknya, dan bersama si bungsu ia nyelonong saja masuk tanap menyapa. (Ups, kalo di kantor ketemu satpam saja, langsung selamat pagi!).
Di dalam rumah anak pertama yang tidak ikut jogging datang ke Mamanya minta diajarkan pelajaran sekolah.
"Ma, mama kan janji kemarin, setelah jogging mau mengajari aku pelajaran ini!"
Dengan muka kelelahan, dan masam wanita itu menjawab.
"Kamu lihat Mama lagi capek kan, nanti aja lah" jawabnya. Akhirnya sang suami yang melihat gelagat tidak enak coba menegur halus.
"Ma, kemarin kan kita sudah sepakat pelajaran ini Mama yang ngajarin, karena Papa tidak menguasai pelajaran ini!"
"Iya Mama juga tahu, tapi tunggu dulu lah belum juga istirahat!"
Wanita ini dengan muka cemberut, memalingkan wajah dari suami, masuk kamar dan menutup pintu keras.
Sang suami menyusul dan berkata:
"Ya udah kalau Mama capek, nanti Papa yang ajar sebisanya."
Wanita itu ngambek, dan tidak mempedulikan suaminya. Kalau sudah begini, sang suami tahu, 1 sampai 2 jam ke depan tidak ada komunikasi. Sang suami memilih keluar dari kamar.
Apa yang terjadi di kisah ini?
Wanita yang sama, mengalami situasi yang mirip, tapi sikapnya jauh berbeda di kantor dan di rumah. Jawabannya sederhana, karena ketika di kantor ia mendefinisikan dirinya sebagai "Wanita karir profesional." Tapi ketika di di rumah ia mendefinisikan dirinya "Ibu rumah tangga" bukan "Ibu rumah tangga profesional"
Apa bedanya?
Ketika kita menjadi orang tua, ayah, ibu, atau pasangan yang profesional maka kita akan bersikap sebagai profesional sesuai dengan tuntutan profesional. Apakah boleh ngambek kepada manajer di kantor? Tidak. Ya jangan nagambek.
Apakah boleh ngambek pada pasangan (suami atau istri) secara agama? Tidak boleh, DOSA. Ya, jangan ngambek.
Apakah sebaiknya saling menyapa anak atau suami sekalipun di rumah? Tentu saja. Ya, sapalah mereka.
Saya dalam sehari mungkin memanggil nama Ade atau Kaka, Bunda puluhan kali setiap kali bertemu atau berpapasan di rumah, hanya sebagai bentuk sapaan. Mungkin sapaan bisa berbentuk salam, tos tangan, tepuk pundak, elus rambut, tapi itu rutin makanan setiap hari.
Apakah boleh marah pada anak, apakah boleh keras? Ya tergantung. Sama seperti di kantor kadang kita juga komplain, kita juga tegas bahkan pada customer. Intinya untuk kebaikan. Jadi kalau keras itu untuk kebaikan boleh saja tapi tidak boleh marah karena emosi. Marah karena emosi, marah karena capek, marah karena mumet adalah tindakan yang tidak profesional baik di kantor ataupun di rumah.
Seringkali kita menjadikan capek, lelah sebagai excuse untuk bersikap tidak profesional di rumah. Seringkali kita dengan mudah mengabaikan janji ketika itu di keluarga sekalipun tidak ada alasan yang kuat.
Semoga kita semua bisa membangun Sakinah Family #No Excuse!

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More