 Beatbox sering
 terdokumentasikan, yg umum kita ketahui, berakar di awal modern hiphop,
 di ujung2 jalan seperti Chicago, Bronx, dan LA, dan ini umumnya benar. 
Namun, vokal perkusi- asal muasal beatboxing muncul - telah menjadi 
bagian dari musik dan urban scene lebih lama dari yg kita kira. Sebagai 
bagian dari “the new school of beatboxing” dan hip-hop, dari sekitar 
tahun 1998 hingga kini, sangatlah penting “New School” ini mengenal 
sejarahnya, dan bagaimana sub-kultur ini bisa ada. Melalui penelitian yg
 sulit, Saya akan mencoba menjelaskan pembaca dengan singkat “the true 
history of beatboxing”.
Beatbox sering
 terdokumentasikan, yg umum kita ketahui, berakar di awal modern hiphop,
 di ujung2 jalan seperti Chicago, Bronx, dan LA, dan ini umumnya benar. 
Namun, vokal perkusi- asal muasal beatboxing muncul - telah menjadi 
bagian dari musik dan urban scene lebih lama dari yg kita kira. Sebagai 
bagian dari “the new school of beatboxing” dan hip-hop, dari sekitar 
tahun 1998 hingga kini, sangatlah penting “New School” ini mengenal 
sejarahnya, dan bagaimana sub-kultur ini bisa ada. Melalui penelitian yg
 sulit, Saya akan mencoba menjelaskan pembaca dengan singkat “the true 
history of beatboxing”.
Pertama kita akan menjelajah waktu, lebih dari 7 dekade ke belakang, di 
era-nya swing, jazz dan “barbershop music”(musik group vokal a-capella).
 Telah terdokumentasi bahwa para musisi Jazz adalah grup musisi pertama 
yg menggunakan suaranya,dan tentu saja, keseluruhan nada vokalnya untuk 
mengimitasi instruments. Ketika Bebop lahir di tahun 30an, sebagai 
reaksi dari sebagian grup swing dan kurangnya improvisasi, telah menjadi
 suatu norma untuk mendengarkan para penyanyi jazz dan blues melengking,
 mengerang atau mendengkurkan bunyi-bunyian yg kurang umum di dengar 
oleh telinga manusia sebagai kata-kata. “Scatting” digunakan sebagai 
improvisasi harmoni dan kemampuan vokal para penyanyi jazz baik untuk 
solo atau pun instumentals. Ini adalah pandangan mainstream pertama yang
 kemudian akan menjadi vokal perkusi, dan setelah itu beatboxing. Para 
penyanyi akan menyanyikan kata-kata buatan seperti “doot”, “wamp”, 
“bapadoo”, dan sebagainya, efektifnya yaitu menirukan suara instruments 
yg sangat umum di musik ini, yaitu saxophones dan trompet. Namun 
bagaimanapun, akar-akar dari imitasi bunyi instruments oleh suara 
manusia dimulai beberapa tahun di awal. 
Awal mula.. 
Berbalik ke waktu lampau, kita menemukan di Selatan Perancis antara 
tahun 1200 dan 1300, “the Troubadours” (para musisi-penyajak). Group ini
 berkeliling wilayah Perancis yang mana ingin berkelana jalanan 
bernyanyi sendiri atau pun ditemani sebuah “lute” instrument semacam 
kecapi yg juga cikal bakal gitar akustik modern. Musik mereka berupaya 
untuk tampil beda dan menampilkan lirik2 yg santun atau tema2 yg 
religius. Di akhir tahun 1400 dan 1500an, para group akan bernyanyi 
bersama2, mirip musik barbershop, pengharmonisasian menjadi satu suara. 
Untuk memperluas music mereka,mereka menukar nada pendek yg tajam, 
responsif dalam melodi, membuatnya terdengar seperti seluruh band 
bermain bersamanya. Bahkan, Orang2 Gipsy Perancis ini adalah pertanda 
awalnya vokal perkusi dalam sejarah. 
Ketika Pertengahan menjadi Baroque, Baroque menjadi Romantik, Romantik 
menjadi Klasikal, “human Percussion” menghilang sementara waktu. Ketika 
musik berayun ke Bach dan Beethoven dengan “oratorios” dan Simphoni 
meliputi lusinan biola dan sejenisnya, penggunaan suara manusia 
melenyap/tidak digunakan, selain hanya untuk satu tujuan, bernyanyi. 
Namun, banyak para komposer baru, seperti Medtner dan Rachmaninov 
menggunakan bunyi vokal yg tak mengandung syair dalam komposisi 
klasiknya. Contohnya, komposisi Rachmaninov untuk suara dan piano 
disebut “vokalise”, tertulis pada tahun 1912, berisi melodi murni yang 
menguak kelembutan harmonisasi vokal yg tanpa syair. 
Dari Afrika ke Amerika 
Musik ritualis Afrika secara tradisional menggunakan bunyi-bunyian tubuh
 untuk mempertahankan rhythm, seperti bertepuk tangan dan berketuk kaki.
 Menarik-dan-menghembuskan nafas dengan keras disebut “over breathing” 
juga digunakan sebagai suatu “two-beat rhythm” dan untuk membuat keadaan
 tidak sadar pada penampilnya. Patern vokal perkusi juga digunakan 
seperti, “hup, hup, hup, hup” dan “Ch Ka Ch Ch”. Sekarang ini, musik 
Afrika barat masih menggunakan teknik seperti membuat suara yg 
serak-kasar atau kualitas dengungan secara intens, sambil kejang2 dan 
menunduk2. 
Pada abad 17, para budak Afrika dibawa ke perkebunan di Jamaika dan 
Amerika, yang kemudian musik Afrika melebur dengan rakyat Eropa dan 
musik dari band-band brass untuk menciptakan suatu bentuk musik baru- 
yang disebut jazz dan blues. 
Barbershop 
Pada akhir tahun 1880an, para group kulit hitam (biasanya kuartet) 
menyanyikan a-capella, yaitu, hanya menggunakan harmonisasi suara mereka
 sendiri untuk menciptakan musik. Mereka akan menahan lama, nada rendah,
 yg kita dengar sebagai suara bass dalam beatbox modern. Vokal Perkusi 
digunakan oleh para group kuartet ini untuk membantu musik mereka 
mengatur tempo, seperti klik pada lidah dan menarik nafas dalam-dalam 
hingga nyaring bersuara. Ya,beratus-ratus tahun yang lalu sebelum Kenny 
Mohammed, musisi barbershop kulit hitam telah lebih dulu menguasai “the 
inward snares”(teknik penciptaan suara snare dengan menarik nafas). 
Meskipun vokal perkusi adalah latar belakang dari jenis musik ini, tentu
 saja hal ini juga menciptakan pengaruh akan timbulnya scatting dan 
dengungan bass pada alunan jazz, blues, dan musik swing yg berjarak 
beberapa tahun kemudian. 
Blues and Vokal Perkusi 
Ketika Blues dibawa oleh para budak kulit hitam, yg menceritakan 
penderitaan kehidupan mereka,biasanya tidak ada instruments yg 
digunakan. Para musisi akan berimprovisasi hanya dengan menggunakan 
tubuhnya ataupun suaranya. Tepukan dan bunyi ceklekan (klik) menjadi 
drumnya, dan dengungan bernada rendah menjadi double bass-nya; 2 tulang 
punggungnya blues dan musik jazz. Satu orang akan berdengung, satu orang
 lagi akan bertepuk, klik dan memukul suatu barang sebagai drum-nya, dan
 seorang akan bernyanyi. Hal ini yg kemudian akan menyebabkan 
peng-imitasian banyak suara, seperti ’shhchh’ pada soft-snare dan ‘tssa’
 pada hi-hat yg dimainkan dengan brushes.Group-group Blues telah 
menemukan cara untuk membuat musik mereka hanya dengan menggunakan suara
 mereka sendiri. Ketika Blues menjadi lebih mainstream, scatting dan 
dengungan bass menjadi populer. Penyanyi bernada tinggi akan 
melengkinkan suaranya, menggabungkan nada, mengambil alih suara trompet 
ketika solo. Dengan segera, bentuk vokal perkusi ini menjadi stample 
dari budaya urban, yaitu, budaya jalanan. Seniman-seniman miskin akan 
menguasai jalanan, atau nongkrong di sudutan jalan, menirukan suara 
trompet dan saxophones di luar gedung pertunjukan jazz.
Kini 
Kini, beatboxing dan vokal perkusi sangatlah populer. Hanya cukup 
mendengarkan referensi sebuah album seorang Autralia, Joel Turner, yang 
menggunakan beatbox sebagai drum di kesulurahn albumnya. Sejak itu, Joel
 mendeklamasikan kemenangan akan albumnya, dan kontrak multimiliun 
dollar dengan label rekaman dan peng-ekspose-an di mainstream. Formasi 
group seperti The Beatbox Alliance, yang memiliki backingan major 
corporate, membuat kita menyadari bahwa sekarang beatboxing adalah suatu
 bagian dari komunitas hiphop. Pada tahun 2000, Rahzel membuat 
beatboxing menjadi lebih dikenal di mainstream dengan membawakan sebuah 
lagu Alliyah “If Your Mother Only Knew”. Sejak itu, Rahzel diberi 
predikat sebagai orang pertama yang memodifikasi suatu seni bernyanyi 
dan beatboxing yang dilakukan secara bersamaan, sebuah jargon yg 
akhirnya menjadi stample komunitas beatbox.






 









 
0 komentar:
Posting Komentar