Luar
 biasa! Hebat! Kata itulah yang pas untuk melukiskan sosok 
turunan Aglaonema cochinchinense. Dialah mung mee srisuk alias 
rainamira. Puluhan helai daun bergerombol membentuk tajuk yang kompak. 
Sekitar 80% permukaan daun berwarna merah merona. Pucuk dihiasi warna 
kuning dengan tepi daun hijau tua. Pantas ia merebut kampiun saat Kontes
 Piala Raja di Suan Luang, Bangkok, pada Agustus 2004.
Seorang
 penggemar di Jakarta yang berkunjung ke sana langsung kepincut begitu 
melihat panampilannya. Harga sebuah kesenangan memang mahal. Betapa 
tidak, untuk sebuah pot aglaonema jawara itu ia menebusnya Rp 60-juta, 
setara dengan harga rumah BTN tipe 21 di pinggiran Jakarata. Itulah 
Aglaonema asal Thailand yang masuk ke Indonesia.
Namun,
 bukan berarti itu harga yang paling mahal. Ada yang luar biasa lagi, 
Adelia berdaun cuma 10 lembar dihargai Rp 100-juta alias Rp 10-juta per 
helai daun 7 tahun silam. Aglaonema mewah itu memang spektakuler. Tidak 
hanya harganya menggapai langit, tetapi pola warnanya juga unik pada 
waktu itu, bermotif batik. Itulah motif batik pertama pada Aglaonema. 
Setelah itu menyusul pola warna serupa dengan nama tiara, shinta, 
juwita, raina, sexy pink, hot lady, dan srikandi.
A. Warisan Kekayaan Alam
 Warisan kekayaan alam yang berharga selangit itu memang menggiurkan. 
Namun, itu semua adalah karya rekayasa para penyilang. Di alam, tentu 
saja tidak ditemukan pola warna aglaonema serupa adelia atau rainanmira.
Tanaman
 hias yang juga berjuluk chinese evergreen itu berasal dari Asia 
Tenggara. Disebut demikian karena daunnya senantiasa hijau. Panggilan 
itu kini tampaknya sudah tidak cocok lagi setelah bermunculan aglaonema 
hibrida berdaun merah menyala atau jingga. Aglaonema yang semula 
berwarna putih hijau kini sudah berubah menjadi aneka variasi warna. 
Pionir perubahan itu di dunia adalah Gregori Garnadi Hambali, penyilang 
aglaonema asal Bogor, Indonesia. Ia mencoba menyilangkan Aglaonema 
commutatum ‘tricolor’ xAglaonema rotundum, hasilnya pride of Sumatera 
yang berwarna hijau dengan tulang merah. Di balik daun merah ungu.
Di
 alam, aglaonema di jumpai di hutan-hutan di bawah pohon, tidak terkena 
sinar matahari langsung. Tanah tempat tumbuhnya tidak tergenang air. 
Berdasarkan sebarannya, terbukti aglaonema tahan terhadap perbedaan 
kelembapan. Ia tumbuh baik di tempat dengan kelambapan rendah maupun 
tinggi.
Hibrida
 aglaonema sudah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Sumber penyebaran 
itu ada di kawasan tropis, terutama di kawasan Asia Tenggara. Dari semua
 spesies itu yang paling populer di Indonesia saat ini ialah Aglaonema 
rotundum dan Aglaonema commutatum. Kedua spesies itulah yang kerap kali 
dibuat sebagai induk untuk menghasilkan hibrida lain. Kedua spesies itu 
ternyata ada di Indonesia.
B. Penghias Rumah
 Kini penghias hutan alam itu pindah ke halaman rumah. Semua berkat jasa
 para penyilang yang dibantu penyebarannya oleh nurseri-nurseri di 
berbagai Negara. Bila dahulu hanya Aglaonema hijau seperti sitipon, 
golden fantasi, dan milkyway yang menghiasi rumah. Kini yang merah pun 
sudah mulai mewabah, seperti donna Carmen, pride of Sumatera, dan lady 
valentine.
Demikian
 juga nurseri tanaman hias, hampir seluruhnya memajang beberapa pot 
aglaonema. Tidak hanya di pulau Jawa, tetapi merambah berbagai kota 
besar di Sumatera, dan sejumlah kecil di Indonesia Timur. Aglaonema yang
 dijajakan pun bermacam-macam. Tidak hanya donna carmen dan pride of 
sumatera, tetapi juga kelas standar, misalnya lady valentine, butterfly,
 dan snow white yang harganya tergolong menengah, berkisar Rp 100.000 - 
Rp 300.000. Bahkan ada yang berani memajang red coccin dan dud unyamanee
 yang masih berharga Rp 500.000 untuk anakan berdaun 3-4 lembar. Nurseri
 kelas eklusif menambahkan beberapa jenis tiara, madam soeroyo, JT 2000,
 atau Widuri yang lebih mahal lagi.
Bukan
 tanpa alasan bila anggota famili Araceae itu naik daun. Aglaonema mudah
 dirawat dan sebagai tanaman indoor paling pas. Sang ratu daun memang 
tidak rewel. Tahan di simpan dalam ruangan selama 1 minggu tanpa 
dikeluarkan. Lagipula dengan motif indah, ia enak dipandang meski tanpa 
bunga.
http://informasi-budidaya.blogspot.com/2012/01/mengenal-tanaman-hias-aglaonema.html